Wednesday, August 12, 2009

August Alabaster

laki-lakiku dan aku telah memilih jadi urban;
tinggal di liang tikus bersama kecoa serta
kalajengking, berharap taman kota tidak dibangun
di atas tempat itu sebab keindahan untuk semua
berarti kami harus mengangkut kardus-kardus
pergi lalu menghadapi kengerian makin berbiak
di tempat lain, di manapun letaknya.

meski begitu di sana tidak ada kelaparan;
kami menanak kutu busuk, lahap menyantapnya
dengan lauk otak para demonstran atau seniman
yang terpikat imajinasi mereka sendiri
tentang hidup miskin yang bersahaja. Eksotisme:
ramai-ramai mereka terperosok ke pangkuan kami.
Mati.

demikianlah hidup merupakan remeh temeh menyenangkan;
kami belajar untuk tidak punya cemburu-selera-
harapan-atau apa saja, sebagaimana kami mencoba
kebal terhadap perubahan cuaca-mutasi genetik-
racun lipan-juga penyakit kelamin. Segalanya tenang:
angka penanggalan tetap berganti tanpa perlu
diperhatikan. Kami memang tidak menghitung apa-apa.

gsstf 15-17 Augustus 1995

==== catatan: ini puisi tahun jebot, nemu di laci meja... kalok nggak salah dimuatnya di Surabaya Post, satu hari minggu bulan September 1995 ... well, kalok salah, ya paling-paling bulan Oktober tahun yang sama ====



© Era Fiyantiningrum

Tuesday, August 4, 2009

Serenade for the City*, 10

dering telepon, program radio, iklan tv.
mereka yang mengganggu lelapmu. bukan mataku.
lagipula kamu toh harus terjaga, ayo kita teruskan
menahan usia digerus daftar perjalanan, jadual acara,
keinginan melupakan dingin-lapar pernah begitu pekat,
keinginan melupakan rindu-benci pernah begitu dekat

ayo teruskan, menjaga tiap tegukan tetap terasa
meski kamu terlumat jua dalam sesaknya gelombang udara
: cangkir kopi kita tak pernah ada
===============
sekeloa/14/x/94
tatakapuri/2/viii/09
===============
© Era Fiyantiningrum
* serenade for the city adlh nama satu acara radio KLCBS, Bandung (94)